RSS

Pengalaman Menarik dari kak Andreas Senjaya dan Open House Sampoerna Academy Bogor.


Pengalaman hari ini cukup menyadarkan ku bahwa betapa bodohnya aku. Aku masih perlu belajar banyak, banyak dan perlu banyak belajar. Dimulai dengan talkshow bersama SMILY dalam acara mingguan KISS yang mendatangkan Mapres SSE kak Budi dan Mapres UI kak Andrea Senjaya. Dalam acara ini cukup dikupas habis tentang mahasiswa berprestasi. Yaitu meliputi apa itu mahasiswa yang berprestasi, mahasiswa muslim berprestasi, dampak dan pengaruh yang bisa dilakukan mahasiswa berprestasi serta juga kiat-kiat yang menurut saya special dari mereka berdua.

Hal yang membuat ku tercengan ialah ketika kak Andreas membahas tentang arti prestasi. Bagi beliau, untuk menjadi mahasiswa berprestasi anda harus berusaha keras, lebih, ekstra untuk menjadi yang terbaik. Semisal menjadi yang terbaik di kelas, kejuaraan maupun lomba. Nah, bentuk kerja keras itu sendiri disampaiakan beliau dimulai dari hal-hal kecil. Poin terpentingnya adalah menghargai waktu yang kita miliki dengan memanfaatkan untuk hal positif. Ya, meskipun itu hanya semenit saja.

Sebagai umat muslim yang berprestasi, beliau juga memaparkan bahwa kita sebagai umat islam seharusnya memberdayakan, menggunakan, memetik apa yang sudah islam ajarkan. Rosul telah mencontohkan langsung kepada kita apa itu sikap adil, jujur, bertanggung jawab, displin, kerja keras, iksan dan lain sebagainya. Akan tetapi, kita masih belum mau mempraktekan itu semua. Untuk menjadi yang berprestasi, sebuah prestasi  haruslah kita jadikan tugas dan bagian dari sarana representasi islam. Kak andreas menambahkan, poin terpenting menjadi muslim berprestasi sendiri adalah niatan karena Allah. Apapun yang diorientasikan karena-Nya tentu akan ditempuh dengan jalan yang baik dan benar.Ini poin paling penting karena suatu hal yang dilandaskan karena Allah ta’la tentu akan diiringi dengan doa dan pastinya ikhtiar yang sungguh-sungguh.

Kaitannya dengan memanfaatkan waktu, kak Budi menambahkan tentang manajemen waktu. Beliau mengutarakan pentingnya kita melakukan sesuatu tanpa ditunda. Dengan menunda apa yang kita lakukan, kita akan kehilangan ide berharga kita. Syukur-syukur kalau kita masih ingat dengan gagasan bagus itu. Kalau tidak?

Perihal manajemen waktu, kak Andreas juga memiliki kiat dan terobosan menarik. Dengan selembar kertas HVS yang di sobek menjadi 8, kita bisa menuliskan hal-hal yang mulai dari terkecil hingga hal-hal terbesar yang bisa kita lakukan. Dari “list” tulisan tersebut, jika kita sudah melakukan kegiatan tersebut kita bisa mencoretnya. Dari hal tersebut, akan terjadi stimulus rasa ketagihan yang merangsang kita untuk mencoret kembali “list” tersebut. Berenjak dari perilaku ini, kak Andreas menuturkan akan sangat baik bagi kita dalam meraih cita-cita. Sebuah cita-cita merupakan tujuan, visi yang terarah dan ingin dicapai. Dalam pencapaiannya sendiri tentu membutuhkan langkah-langkah konkrit. Berhubungan dengan terobosan tersebut, kita bisa menuliskan langkah-langkah konkrit dalam “list” itu. Semisalnya jika kita ingin menjadi seorang pebisnis, kita perlu belajar banyak. Termasuk baca buku, belajar bahasa asing, bertemu dengan relasi, mengikuti seminar dan lain sebagainya. Nah, dari situ diharapkan kebiasaaan-kebiasaan yang menjadi tiang dari sebuah cita-cita kita bisa berjalan dan tercapailah cita-cita kita. Selain itu terobosan ini akan mengurangi kita kepemilikan waktu kosong, waktu ngelamun atau waktu bengong, hehe..  Misalnya nih yak pas lagi ada waktu jeda kuliah, kita bisa melihat “list” kita, siapa tahu tertulis nagih hutang. Nah lumayan kan 

Oke, sekitar jam 11 pun acara ditutup. Lalu aku lanjutkan untuk menyatroni acara Open House Sampoerna Academy Bogor (SA Bogor) di student lounge. Langsung ja tuh aku samperin adik-adik SA Bogor di bagian penerima tahu. Dari situ aku mulai dengan ngobrol-ngrol dan sok nggak tahu apa itu SA Bogor.  Mereka cerita banyak apa itu SA Bogor dan bagaimana sekolah disana. Dan yang saya ingat adalah untuk bisa terdaftar sebagai siswa SA Bogor ada dua cara, yakni mengikuti seleksi student paying dan students asistence. Dari student paying ini, siswa membayar sekolah layaknya bayar sekolah seperi umumnya. Kira-kira 65 juta per tahun. Sudah termasuk biaya sekolah, buku dan asrama (makan pastinya). Begitu juga fasilitas yang didapatkan oleh siswa yang mengambil jalur student asistence. Akan tetapi, siswa yang menggunakan jalur student asistence membayar biaya sekolahnya setelah mereka mampu, alias kalau sudah memiliki penghasilan kelak. Cukup menarik karena sistem student asistence ini sama saja dengan student financing yang saya terima di USBI ini.

Well, pengalam hari itu gak Cuma mandek disana, selain melihat buah karya anak-anak SA Bogor yang berupa lukisan, medali dan piala, aku masuk di kelas lukis. Disini aku bertemu dengan pak Origo(semoga penulisan namnya gak salah ). Pertama saya melihat pak Wayan sih orangnya asyik, suka bercanda dan makan kebebasan benar-benar ada di raut wajahnya. Masuk di runag lukis ini, aku melihat sebuah kanvas yang tercoreti oleh tinta lukis yang terbuat dari campuran lem fox, abu gergaji, dan pewarna. Lukisan ini simple, cukup membuat goresan lengkungan senyuman yang di pisah-pisah. Di lukiskan secara teratur hingga kanvas penuh. Lalu dilukiskan lagi dengan warna lainya hingga beberapa warna terserah kita sampai kita merasa puas. Benar-benar merasa bebas dan ketagihan deh disini.

Bersama Pak Origo, beliau tidak hanya ngajak aku ngomongin lukisan doing. Karena aku dari anak matematika, beliau juga berbicara mengkaitkan art dan scients. Beliau bilang, arsitek itu berasal dari art and scient. Lalu dia juga membicarakan design produk yang merupakan gabungan dari scient dan art. Membuat sebuah meja ataupun kursi memerlukan pemikiran yang luar biasa. Beliau menunjuk pada tumpukan kursi dan menjelaskan bahwa kalau kita melihat tumpukan kursi dari samping, aku akan melihat seolah angka 6 yang ditumpuk. Hemm… pengalaman baru 

Selanjutnya ditambah lagi bertemu dengan pak Wayan, pelukis terkenal di luar negeri. Maklum orang dalam negeri jarang yang kenal. Pak Wayan ini pelukis terkenal yang rumah dan sanggar lukisnya di sorot film perahu kertas. Manteb bener dah. Dari pak Wayan dan pak Origo, aku belajar melukis sederhana. Tepatnya sih terapi. Terapi menghilangkan kebosanan, terapi memanfaatkan waktu luang, terapi untuk meluapkan kemarahan atau kejengkelan kita. Pak wayan menunjukan kepada saya lukisan dalam novel. Pertama sih saya bingung karena pak Origo menjelaskan bahwa lukisan ini adalah sebuah coretan-coretan sederhana yang dicoretkan di lembar kanan dari sebuah buku novel. Tidak perlu baca novelnya loh, tinggal coret-coret dan coret lagi halaman selanjutnya. Sebagai anak yang sok kritis aku juga banyak bertanya. Ini fungsinya buat apa? Efek penulisnya biar jadi apa? Dan sebagainaya, pokoknya cerewet dah. Namun inti dari lukisan ini ya kebebasan. Bebas mencoret sesuai hati kita. Misal pas kita lagi jengkel, daripada membanting barang pecah belah di rumah lebih baik corat-coret novel. Woow, arti sebuah kebebasan yang mendalam bukan? Dari pak Wayan sendiri, coretan-coretan itu menjadi bahan inspirasi ketika dia tidak punya ide mau mematung apa. Jadi gambar-gambar di novel itu bisa menjadi inspirasi bagi pak Wayan. Wah salam super deh buat pak Wayan dan pak Origo.

Selanjutnya bersama pemandu  dari anak SA Bogor, Andes aku diajak untuk masuk ke ruangan “meet up teacher”. Disini aku ngorek-ngorek informasi tentang kurikulum IGCSE yang digunakan oleh SA Bogor. Aku bertemu dengan guru IGCSE SA Bogor secara langsung. Pengalaman bertambah lagi deh pkoe. Apa itu kurikulum IGCSE, seperti apa buku-bukunya, gimana teknik pengajarannya dan sebagainya. Intinya sih disini aku belum kualifi buat jadi guru dengan membawakan kurikulum IGCSE. Tapi poin penting juga, aku harus banyak belajar. Mengenal kurikulum internasional seperti IGCSE dan A/AS International. Buat teman-teman yang pengen ngajar di kelas bertaraf international sih pesennya yang semngat dan banyak buku international yak 

0 comments: