RSS

Kesenangan menjadi Guru


Menelisik kembali beberapa pengalaman yang ada saya meyakini inilah pilihan ku, menjadi seorang pendidik. Bisa dikatakan guru atau semacamnya.Semuanya ini berawal dari sebuah kisah kecil yang sempat membuat ku takjub dengan kehadiran seorang guru saat aku masih duduk di bangku  SMP. Aku mulai menggali lebih dalam apa yang dialamai guru dan terutama mengapa guru begitu menjadi sosok yang aku segani kala itu.b Yah, mulai dari mencoba menjadi orang yang menjadi sorotan oleh guru di kelas hingga aku mencicipi menjadi pendamping kelas saat Pramuka di SMA.
Ketika masih di SMP, aku berusaha belajar untuk bisa cukup baik di kelas. Ya tentunya banyak godaan agar keinginan ku bisa menjadi siswa yang diperhatikan guru ini tercapai. Terkadang juga menjadi sosok yang membuat ulah di kelas tapi tentu juga bertindak positif seperti mendapatkan nilai ulangan yang mumpuni. Semua itu tampaknya menyenangkan sekali sebagai sosok siswa SMP kala itu. Hingga suatu ketika puncak prestasi ku di SMP adalah mengikuti berbagai lomba maupun olimpiade tingkat SMP hingga SMP-SMA. Sebuah prestasi membanggakan yang bisa aku tunjukan kepada guru ku kala itu adalah menjadi juara olimpiade Fisika se-Kabupaten dan melanjutkan ke ranah Karisidenan. Setingkat di atas tingkat Kabupaten tapi di bawah provinsi.
Semua kesenangan itu terus berlanjut hingga bisa memasuki komponen Pramuka di SMA. Menjadi pendamping kelas dan sekalis “guru” di kelas tersebut. Banyak hal yang mulai aku temui dan membuat ku tertantang menjadi seorang guru sesungguhnya. Bertemu dengan siswa-siswa yang rajin, selalu taat dengan perintah dan aturan yang ada, rajin mengerjakan tugas hingga beberapa siswa yang membuat onar di kelas. Tapi entah kenapa semua itu menjadi sebuah guyonan dan terasa enjoy.
Tak samapai hanya menjadi pendamping Pramuka, kesenangan it uterus berlanjut hingga saya mulai belajar bersama teman-teman menjadi seorang “tutor” atau kata lainnya adalah seorang ketua kelompok. Tugasnya disini mengajarti teman-teman kelompok terutam saat-saat menengangkan ketika waktu mau ulangan harian taupun ujian semesteran. Sekali lagi disini aku menemui keanekaragamn sikap dari masding-maisng individu yang membuat ku smeakin tergelitik tertantang menjadi seorang guru. Ada hal yang terpuaskan ketika teman kelompok kita bisa dan mendapatkan nilai ulangan yang baik.
Perjalan itu terus saja mengalir hingga aku mengambil bangku kulaih di pendidikan matematika dan benar-benar menjadi seorang “guru”. Calon guru, asisten guru dan guru les semua aku rasakan. Disini hal yang begitu bermakna adalah sebagai guru les privat. Mungkin memang benar kita mengajar hanya dengan satu tau dua orang anak saja. Mungkin juga tak perlu persiapan apa yang menjadi bahan untuk belajar. Namun, lagi-lagi ini adalah hal yang menyenangkan ketika aku bisa belajar dari bawah, mulai mengenal satu saja karakteristik satu orang siswa ku hingga aku menemukan metode belajar yang cocok buat dia. Tidak jauh-jauh dulu melingkupkan satu kelas namun mengenal satu saja hingga benar-benar maksimal.
Menjadi guru les private tentu tak sekadar bisa memahami karakteristik siswa kita saja. Ada hal yang penting, yaitu tanggung jawab sebagai guru les yang dituntut oleh orang tua siswa. “jadikan anak ku pintar!” ya, begitulah hal yang kadang sering ditemui oleh guru les privat. Disitulah letak kesnenagna yang menantang itu. Jadi bukannya gak perlu persiapan tapi justru malah perlu persiapan. Menguasai materi dan cara pengajaran yang mudah dipahami. Belajar berkomunikasi dengan siswa agar dia paham sesederhana mungkin.
Menjadi mahasiswa di STKIP Kebangkita NAsional di bidang pendidikan matematika tentu tak hanya menjadi seperti mahasiswa umumnya. Di sini aku dan teman-teman diberikan kesempatan menjadi asisten guru dalam beberapa waktu. Tepatnya 2 minggu ketika semester 3 dan semester 4. Yah sekarang saya bukan lagi menghadapi satu anak selyaknya les privat, namun sebuah kelas sungguhan yangada di sekolah sungguhan.
Awalnya menjadi asisten guru dibenak ku hanyalah membantu apa yang diperlukan guru di kelas. Entah itu disuruh mencatatkan soal, fotocopy, menyalin nilai dan pekerjaan yang sifatnya membantu. Akan tetapi aku diberikan kesmepatan untuk mengajar secra pair, atau kelompok kecil 2-3 asisten guru.  Wow, begitu mengagumkan berdiri di depan kelas. Menjadi sorotan banyak pasnag mata siswa kita yang menunggu-nunggu hal apa saja yang bisa aku samapikan. Di sinilah hal yang ternyata lebih bisa membanggakan diri ini. Seorang guru tak hanya bisa dan paham konsep, materi yang siswa pelajari. Namun sebagai seornag bisa semuanya. Pemimpin di kelas, mengatur siswa akan melakukan apa, memilih topic dan menyalurkan dengan metode yang sesuai. Yang sesuai bukan hanya utnuk satu siswa saja seperti aku sebagai guru les privat namun untuk semuanya. Mulailah ilmu dari kampus itu dipakai, ilmu yang telah aku dapatkan dari seornag pendamping Pramuka, ketua kelompok dan seorang guru les privat bermanfaat.
Semua masih belum berakhir, hanya menjdai asisten guru. Belum menjadi guru sungguhan yang punya tanggung jawab yang lebih besar. Masih tetap dengan kat-kata yang sam, yaitu begitu menyenangkan menjadi guru. Manantang tapi disitulah letak kesenangan itu ada dan tidak dimilik profesi-profesi lainnya. Tetap bersatu raga ini, mewujudkan keinginan menjadi guru sungguhan. :0


1 comments:

Dasrizal said...

yeay, paling seneng kalo ada temen yang nulis dan ngeblog juga! anyway, gue tau banget tuh rasanya jadi tutor buat teman adik2 kelas di sma...hehe i did it, too in high school...semoga ini bukan pilihan yang salah ya mam buat jadi guru,,,it's gonna be a long journey, but it will be really worthed for us...semangat selalu!