RSS

Multiple Intelligences, Bloom Taxonomy and Environment

IQ, one of Intelligences that usual we hear is determined how smart a people in our society. Actually it’s just a test that measure the ability someone just in one side. There are many ways to know our ability. These theorems are about Multiple Intelligences. Body-Kinesthetic Intelligence, Logic Intelligence, Verbal Intelligence, Interpersonal Intelligence, Intrapersonal intelligence, Natural Intelligences, Visual Intelligence. And as the next generation of teacher, we must also know the Bloom Taxonomy.
Multiple Intelligences have strong correlation with Bloom Taxonomy. As teachers if we know this knowledge, it is will be more help us to handle class and control understanding of students. For example if our student has kinesthetic intelligences, so must include the activity that need movement. But we must to control that the understanding students. Here, we could use Bloom Taxonomy. We can control for the understanding, analysing, creating and evaluating by our activity.
From this session I got a reflection, as the next generation of teacher. Especially in SSE, we use ICT (Modern Technologies) like computer, projector and all of digital electronic tools. But, based on Bloom Taxonomy, we must think that in Indonesian we have so many cultur such traditional songs, games and traditional technology. And if we will teach in Indonesia, “don’t forget with ours”. Its not only about cultur but something in our environment. For example we have global warming problem, to prevent earth we must aware in around. Such use rubbish, reuse for our learning. So, we not hinge the modern Techonology, Games of Technology, Modern Songs. Use what we have and conserve its.

Imam Choirul Rifa'i
2010110023
Section A

Memandang dan Pandangan Saya


Lahirnya seorang anak manusia di dunia ini merupakan sebuah sebuah fenomena yang menghasilkan banyak persoalan bagi dirinya. Lahirnya anak manusia ini secara tidak langsung juga memunculkan sebuah pandangan bagi manusia lain yang sangat erat mempengaruhi anak ini. Begitu juga dengan lahirnya saya di dunia, memunculkan juga berbagai pendapat, tanggapan serta pandangan terhadap diri saya. Hal ini yang terkadang yang menjadi persoalan pelik dan tak ada ujungnya. Diri ini dipandang sebagai  keturunan jawa karena lahir di lingkungan suku jawa, menggunakan bahasa ibu bahasa Jawa serta karena saya berbicara dengan medog. Akan tetapi pandangan terhadap tersebut bisa berubah. Seandainya saya adalah keturunan Cina yang lahir di lingkungan Jawa dan berbahasa Jawa tapi tidak medog, mungkin banayak orang yang mengira saya adalah keturunan Cina dan bukan orang Jawa.
Identitas bukanlah sesuatu yang benar-benar pasti. Akan tetapi, identitas merupakan hal yang sangat fleksibel. Contoh lainya ini terjadi ketika saya berada pada lingkungan orang-orang beragama hindu entah itu keturunan Cina, Jawa, Ambon, Papua dan suku-suku lainnya, saya dipandang sebagai orang Islam karena agama yang dianut. Ke-jawaan yang sudah melekat itu tadi juga bisa hilang karena begitu kuatnya lingkungan tersebut melihat suatu agama menjadi pembeda antar manusia.
Saya mengartikan diri saya adalah seorang manusia yang tidak jelas siapa saya. Terkadang menjadi pribadi yang dikatakan orang Jawa jika berada di lingkungan orang Sunda, bisa dikatakan orang Indonesia jika berada ditengah-tengah forum international, dan saya dikatakan orang melayu karena berada ditengah-tengah orang Eropa.
Adanya ketidak jelasan identitas ini tentu membuat kebingungan jika kita bergaul dengan orang lain. Ketika harus berkumpul dengan teman-teman yang berasal dari sunda, banyak teman yang mengatakan saya adalah orang Jawa, namun begitu banyak pula pertanyaan dari mereka tentang Jawa yang tidak saya ketahui. Banyak pula yang mengatakan orang Blora karena saya lahir di Blora, namun saya tidak tahu siapa Samin Surosentiko, siapa Pramudya Ananta Toer, bagaimana lahirnya nama kota Blora bahkan makanan khas Blora pun juga tidak tahu.
Fleksibelnya identitas kita ini ternyata hasil pengaruh dari minoritas dan mayoritas kita saat itu kita berada. Hal ini maksutnya ketika kita sebagai minoritas dalam kelompok, pandangan-pandangan tersebut bisa muncul. Dan ketika saya berada dilingkungan para keraton kasunanan kadipaten atau keraton saya bisa saja dikatakan bukan orang Jawa. Disinilah muncul yang namanya minoritas. Kadang dengan minoritas itu karena kita berada ditempat yang berbeda kita juga memiliki identitas yang berbeda pula. Hal ini dapat simpulkan bahwa kita sebagai seorang anak manusia mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri. Ciri yang melekat pada diri kita tak perlu dihilangkan agar kita bisa benar-benar dikatakan A atau B karena itu merupakan keunikan yang melekat pada diri masing-masing dari kita. Tapi keunikan itu adalah sebuah anugerah yang patut kita syukuri dan kita pertahankan. Dengan keunikan itu kita bisa hidup dan bersosialisasi.


Educational Value of Blog


When we talk about blog, it is have many advantages.  For  online marketing, try our creativity, education, or just as diary blog. Blog like as a white book that we can write whatever what we want write. We can give design, colour so that people who look our blog interested.
What about blog education? Using blog like as use announcement board that we use for many announcement in our school. By condition connect to internet, student should access materials, presentation, topic, chapter from their teachers.
By blog education, online learning or online teaching could be work. There are advantages of educational blog :
·         Posting materials for last session or the next session
·         Space for discus isues that corelation with materials
·         For educational games
·         Education news, scholars
·         Posting assignment
·         Place  to try give self opinion
·         Flexible learning
·         Different ways for learning style
·         Community development
So, the educational blog can be alternative media for learning process. Not only in the classroom we are learn but any time and any where we can learn.

Sebuah Nama Adalah Sebuah Doa Seumur Hidup dari Pemberinya


Nama Itu adalah doa, nama adalah harapan. Begitulah yang sering saya dengar dari orang tua saya. Suatu ketika pernah saya tanyakan kepada orang tua saya mengenai nama yang saya punya. Ibulah yang memberika nama ini. Sebuah nama yang sekali lagi beliau sebut sebagai doa. Imam Choirul Rifa’i, sebuah nama yang sebatas saya ketahui berarti pemimpin dalam bahasa arab. Hal ini dikarenakan saya adalah anak pertama laki-lakinya. Choirul atau choir yang berarti bagus, baik dan Rifa’i yang berarti derajat. Jadi nama Imam Choirul Rifa’i berarti pemimpinya derajat yang baik, atau juga saya mengartikan sebagai pemimpin yang baik derajat. Nama Rifa’i yang beliau ambil terinspirasi oleh Imam Rifa'i yang dilahirkan di sebuah kota yang bernama Ummu Ubaidah, Baghdad, Irak pada tahun 512 H masa Dinasti Abbasiyyah. Dan sebagai pengahrgaan terhadap Imam Rifa’i, warga di sana menyebut-nyebut masjid tempat beliau beribadah di sebut masjid Rifa’i.
Jika berbicara mengenai apakah nama saya ini sesuai dengan diri saya rasanya tak begitu pantas diri ini mengatakan”ya nama saya sesuai” . Memang benar saya adalah anak pertama yang berarti pemimpin, memimpin adik-adik saya. Namun bagaimana dengan Choirul Rifa’i? Rasanya sungguh berat. Terkadang ketika saya berkenalan dengan orang dan menanyakan nama saya secara lengkap, mereka  terkaget-kaget karena arti nama itu sendiri. Entah karena arti nama saya yang sangat luar biasa dan mereka mengetahui ternyata saya seperti yang sebatas dia lihat, atau entah hal lainnya. Yang pasti ketika itu saya benar-benar merasa malu dengan diri saya karena nama yang dimiliki dibandingkan dengan orang yang sebenarnya tidak sesuai.
Ketika masih SD dahulu, muncul keinginan untuk mengganti nama tersebut. Protes pun juga beberapa kali saya sampaikan kepada Ibu. Yah tapi begitu singkat jawaban beliau, “ganti saja kalau mau”. Kalau dipikir-pikir memang nama yang beliau berikan adalah doa untuk saya. Hal ini saya sadari dari beberapa peristiwa dan hasil refleksi diri. Imam, pemimpin di saat sholat. Ya itu yang hampir saya sering lakukan, menjadi Imam. Walau terkadang merasa berat, namun tanpa nama itu mungkin saya tidak akan pernah mau menjadi Imam di saat sholat. Selain itu, karena merasa mempunyai beban dengan membawa nama Imam, saya menjadi ingin menjadi lebih baik dan baik lagi. Berharap saya memiliki karakter sesuai arti nama tersebut.
Mengganti nama mungkin tidaklah mustahil dilakukan. Begitu juga dengan nama yang saya punya. Keinginan mengganti nama tersebut muncul karena salah seorang teman saat SD dahulu telah mengganti namanya. Setelah diresapi dalam-dalam, menggati nama bukanlah pilihan yang tepat. Dengan nama yang kita punya, kita diarahkan. Nama adalah sebuah doa dan harapan dari sang pemberinya. Dengan nama Imam Choirul Rifa’i saya berharap bisa menjadi lebih baik lagi seperti kandungan arti nama tersebut. Tak ada yang perlu dirubah, karena nama adalah doa seumur hidup dari pemberinya, dan bagi saya.


Apasih Humanistic Studies itu?


Selintas dalam benak ku adalah matakuliah yang membahas tentang manusia, mempelajari bagaimana manusia hidup dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Karena mata kuliah ini diajarkan di SSE saya merasa ini tentu ada kaitannya dalam bidang pendidikan juga.
Setelah saya hanya sebatas mengira-ngira apa yang saya dapatkan, akhirnya saya bertemu langsung dalam kuliah ini. Bertemu dengan dosen dan berhadapan langsung dengan content map.
Berdasarkan modulHumanistic Studies, Humanistic Studies adalah matakuliah yang bertujuan mempelajar ilebih dalam baik konsep, karakteristik maupun praktek adanya multikulturalisme, agama dan kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi di masyarakat .
Pada semester ini, kuliah Humanistic Studies  akan mendalami lebih banyak individu, culture dan homo religious. Saya lebih tertarik dengan pembahasan homo religious, apalagi sekarang zamannya pertikaian antar umat beragama  yang menjadi topik utama di Indonesia bahkan dunia. Terutama yang disoroti di sini adalah agama islam yang di cap sebagai actor aksiteroris dunia. Terlepas dari benar atau tidaknya hal ini tentu sangat menggelitik para kaum muslim di manapun dia berada teruta masyarakat untuk menanggapi kejadian ini.
Berbagai kasus yang mengatas namakan agama tak hanya itu saja.Tindak kekerasan terhadap sesama manusia, hingga pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pun sering terjadi. Semisal kita menelisik pada kasu bakar mushola, gereja, boikot golongan tertentu dan masih banyak kasus lainnya yang membuat kita tercengang.
Semua ini dirasa tak bisa dihindarkan memang, kita hidup dengan perbedaan. Setiap manusia pasti punya visi dan misi masing-masing. Visi dan misinya pun ada yang sama ataupun bertentangan. Sesuai kalimat yang kita dengar, manusia adalah makhluk sosial. Yang saya artikan manusia hidup tak bisa sendiri tapi mereka juga punya visi dan misi masing-masing yang bisa saja misi yang dijalakan merugikan atau juga menguntungkan individu lainnya.
Harapan saya dengan mempelajari matakuliah ini banyak hal yang dapat saya pelajari, terutama jika saya melihat dari sisi homo religious. Disini saya mengingikan tak hanya melihat agama dari sisi saya sebagai individu yang memeluk agama islam saja, tapi saya ingin mencoba melihat dari sisi lain semisal dari sisi saya sebagai warga Indonesia yang berasaskan demokrasi. Selain konteks agama, saya juga ingin lebih mendalami diri saya sebagai sosok individu yang berada ditengah lingkungan masyarakat sosial. Apalagi sesuai rencana saya akan menjadi guru kelak.
Membicarakan pribadi saya sebagai makhluk individu, dan harapan saya tadi, saya melihat sebagai makhluk yang hidup berdampingan dengan makhluk lain saya sangat menjunjung  yang namanya sosialis.
Entah dalam kenyataanya saya seperti itu ataupun tidak, saya melihat dalam memahami karakteristik orang lain itu begitu penting. Bisa mengerti apa yang merekarasakan, pikirkan serta apa yang mereka inginkan. Sering saya melihat orang lain dan mengandaikan diri saya sebagai diri mereka yang mengalami  kejadian pahit tersebut. Namun juga sayang sekali terkadang sikap yang cuek danacuh pun sering muncul dalam diriku. Saya berharap dengan belajarHumanistic Studies saya juga mengertlebih dalam orang lain dan bisa menetukan sikap yang pantas dan tentunya sesuai moral dan etika yang ada.

Reflection for Characteristics of an Effective Teacher



Everyone has something that makes him/her unique, likewise a teacher. Because what? Teacher juga manusiaaaaa.... hehehe (serius banget J)
But, as a teacher we also must know how an effective teacher or an ineffective teacher is.
So, there are some characteristic of an effective teacher
·         Well prepared (well lesson plan)
·         Creative (something like using variety of teaching methods)
·         Objective (clear and can be responsibility)
·         Good personality
·         Reflective practitioners
·         Understand with students
What about the some characteristics of an ineffective teacher? Bad prepared or without prepared
·         Monoton intonation, so make students bored
·         Bad personality
·         Subjective
·         Using corporal punishment and bullying
·         Egoistic
Have you wacthed I’m not stupid too (Singapore Film) or Taare Zameen Par (India Film)? If you give attention for “KILLER” teacher yach.. like that J
But, after you watch it, you can get know the example of an effective teacher or an ineffective teacher in real class..
Ok, happy watching this film and you can get it from this web bellow J






September 19, 2011

Numpang Cerita Ya..

"Maaf, maaf" itulah kalimat yang sering ku ucapkan, entah kau dengar ataupun tidak. Maaf telah sejauh ini kita kenal, maaf sejauh ini harapan tertanam dan maaf jika ku telah mengecewakan. Aku merasa ini tak sesuai jalan, aku rasa ini tak sesuai... Aku hanya orang yang tak pantas mendapatkan semua itu, aku sadar dan makanya aku mundur. Ada hal yang lebih indah di depan mata mu, sesuai jalan mu, sesuai jalan kita.

Jujur, aku susah untuk melupakan apa yang sudah ada. Tapi, memang itulah masa lalu. Akan salah jika disesali, dan tak mungkin untuk dirubah. Yuk maju ke depan, mulai tata hidup baru. Hidup yang sesuai jalan kita.
Sekali lagi maaf, aku ingin mengejar ketertinggalan ku. Ingin mendapatkan yang telah berlalu.

Apakah Aku Berharga?

Sebuah Buku penuh misteri yang akan membuat orang sepintar apapun bertanya-tanya dengan kalimat " Apakah Aku Berharga?"


Adalah sebuah buku yang penuh inspirasi dalam hidupku, sebuah buku yang sangat bermakana penuh dengan inspirasi dan penuh pula dengan cerita refleksi dalam hidup ini.

Berikut beberapa kalimat yang menginspirasikan hidup ku,
kalimat-kalimat yang penuh makna bila di resapi dari buku jilid pertama ini.

Jangan pernah takut untuk bermimpi
Yakinlah akan tercapainya mimpi kita itu

Orang yang mengawali langkahnya
adalah orang yang meletakkan kesuksesannya
seribu langkah lebih dekat
-Annas Bentari-


Percaya pada diri sendiri
adalah rahasia pertama kesuksesan
-Ralph Waldo Emerson-

Hidup tanpa strategi
akan membuat hari-hari terasa tak berisi

Percayalah...!

Wasadalah...!
-Multika Lega Problema-

Segala sesuatu yang beharga itu tidak akan pernah menjadi berharga apabila kita tidak pernah mulai menghargainya sejak dari diri sendiri
-Mutika Lega Problema-

Jangan sekali-kali meremehkan kekuatan otakmu
Karena sejatinya, di balik remehan-remehan yang kamu hujatkan pada dirimu itu,
ada satu hal spektakuler yang tersakiti sehingga akhirnya membuatmu gagal.

Siapa yakin dapat memindahkan gunung, dia akan dapat memindahkan gunung
Siapa tidak yakin, dia tidak akan dapat memindahkannya
-Anonim-

Orang miskin tetap miskin
jika mereka tidak pernah bermimi jadi kaya
atau mereka memutuskan untuk berhenti bermimpi
-Anonim-

Memamerkan kelebihan yang kita punya itu tidaklah sombong, mengapa?
Ya! Karena rukun smbong itu ada 2:
1. Suka memamerkan kelebihan, dan
2. Merendahkan orang lain.
-Rahmat Sagara-

Yakinlah bahwa diri kita tercipta
hanya untuk suatu karya yang luar biasa.
-Multika Lega Problema-

Kalau kamu mau, kamu pasti bisa.
-Hellen Keller-

"Perampok Waktu" yang sering mengganggu hidupmu:
Penundaan, Telepon, TV, Transportasi, Tamu yang datang tanpa membuat janji terlebh dahulu,
Pertemuan yang tidak jelas, kurang rencana harian dan membuat urutan pekerjaan,
Melakukan sesuatu yang terlintas dalam pikiran tanpa perencanaan terlebih dahulu,
Tidak bisa mengatakan "TIDAK" pada permintaan orang lain.
-Anonim-

Mimpikan impian yang mulia dan seiring dengan impianmu
dirimu akan menjadi apa yang kamu impikan.
Pandanganmu ke depan adalah janji
atas apa yang akan mejadi dirimu suatu hari.
Cita-citamu adalah ramalan
tentang apa yang akan kamu tunjukan pada akhirnya.
-James Allen-

Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu.
-Andrea Hirata-

Nothing is impossible when we think it's possible
-Multika Lega Problema-

Yakinlah bahwa mimpimu adalah peluangmu.

Tidak ada kegagalan luar biasa
yang diberikan kepada calon-calon orang biasa.

Adalah gila bila kamu mengharapkan hasil yang berbeda
tapi masih melakukan hal-hal yang sama.

Jangan hanya mengharap perubahan
tapi jadilah orang yang memastikan perubahan.

Sang Penemu Hukum Sinus


Saat masih sekolah di bangku sekolah menengah, tentu Anda pernah mempelajari istilah sinus dalam mata pelajara matematika. Sinus adalah perbandingan sisi segitiga yang ada di depan sudut dengan sisi miring. Hukum sinus itu ternyata dicetuskan seorang matematikus Muslim pada awal abad ke-11 M.

Ahli matematika itu bernama Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu Iraq atau akrab disapa Abu Nasr Mansur (960 M - 1036 M). Bill Scheppler dalam karyanya bertajuk al-Biruni: Master Astronomer and Muslim Scholar of the Eleventh Century, mengungkapkan, bahwa Abu Nasr Mansur merupakan seorang ahli matematika Muslim dari Persia.

"Dia dikenal sebagai penemuan hukum sinus," ungkap Scheppler. Ahli sejarah Matematika John Joseph O'Connor dan Edmund Frederick Robertson menjelaskan bahwa Abu Nasr Mansur terlahir di kawasan Gilan, Persia pada tahun 960 M. Hal itu tercatat dalam The Regions of the World, sebuah buku geografi Persia bertarikh 982 M.

Keluarganya "Banu Iraq" menguasai wilayah Khawarizm (sekarang, Kara-Kalpakskaya, Uzbekistan). Khawarizm merupakan wilayah yang berdampingan dengan Laut Aral. "Dia menjadi seorang pangeran dalam bidang politik," tutur O'Cornor dan Robertson.

Di Khawarizm itu pula, Abu Nasr Mansur menuntut ilmu dan berguru pada seorang astronom dan ahli matematika Muslim terkenal Abu'l-Wafa (940 M - 998 M). Otaknya yang encer membuat Abu Nasr dengan mudah menguasai matematika dan astronomi. Kehebatannya itu pun menurun pada muridnya, yakni Al-Biruni (973 M - 1048 M).

Kala itu, Al-Biruni tak hanya menjadi muridnya saja, tapi juga menjadi koleganya yang sangat penting dalam bidang matematika. Mereka bekerja sama menemukan rumus-rumus serta hukum-hukum yang sangat luar biasa dalam matematika. Kolaborasi kedua ilmuwan itu telah melahirkan sederet penemuan yang sangat hebat dan bermanfaat bagi peradaban manusia.

Perjalanan kehidupan Abu Nasr dipengaruhi oleh situasi politik yang kurang stabil. Akhir abad ke-10 M hingga awal abad ke-11 M merupakan periode kerusuhan hebat di dunia Islam. Saat itu, terjadi perang saudara di kota sang ilmuwan menetap. Pada era itu, Khawarizm menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah.

Perebutan kekuasaan di antara dinasti-dinasti kecil di wilayah Asia Tengah itu membuat situasi politik menjadi kurang menentu. Pada 995 M, kekuasaan Banu Iraq digulingkan. Saat itu, Abu Nasr Mansur menjadi pangeran. Tidak jelas apa yang terjadi pada Abu Nasr Mansur di negara itu, namun yang pasti muridnya al-Biruni berhasil melarikan diri dari ancaman perang saudara itu.

Setelah peristiwa itu, Abu Nasr Mansur bekerja di istana Ali ibnu Ma'mun dan menjadi penasihat Abu'l Abbas Ma'mun. Kehadiran Abu Nasr membuat kedua penguasa itu menjadi sukses.

Ali ibnu Ma'mun dan Abu'l Abbas Ma'mun merupakan pendukung ilmu pengetahuan. Keduanya mendorong dan mendukung Abu Nasr mengembangkan ilmu pengetahuan. Tak heran jika ia menjadi ilmuwan paling top di istana itu. Karya-karyanya sangat dihormati dan dikagumi.

Abu Nasr Mansur menghabiskan sisa hidupnya di istana Mahmud di Ghazna. Ia wafat pada 1036 M di Ghazni, sekarang Afghanistan. Meski begitu, karya dan kontribusianya bagi pengembangan sains tetap dikenang sepanjang masa. Dunia Islam modern tak boleh melupakan sosok ilmuwan Muslim yang satu ini.


Kontribusi Sang Ilmuwan



Abu Nasr Mansur telah memberikan kontribusi yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Sebagian Karya Abu Nasr fokus pada bidang matematika, tapi beberapa tulisannya juga membahas masalah astronomi.

Dalam bidang matematika, dia memiliki begitu banyak karya yang sangat penting dalam trigonometri. Abu Nasr berhasil mengembangkan karya-karya ahli matematika, astronomi, geografi dan astrologi Romawi bernama Claudius Ptolemaeus (90 SM�168 SM).

Dia juga mempelajari karya ahli matematika dan astronom Yunani, Menelaus of Alexandria (70 SM�140 SM). Abu Nasr mengkritisi dan mengembangkan teori-teori serta hukum-hukum yang telah dikembangkan ilmuwan Yunani itu.

Kolaborasi Abu Nasr dengan al-Biruni begitu terkenal. Abu Nasr berhasil menyelesaikan sekitar 25 karya besar bersama al-Biruni. " Sekitar 17 karyanya hingga kini masih bertahan. Ini menunjukkan bahwa Abu Nasr Mansur adalah seorang astronom dan ahli matematika yang luar biasa," papar ahli sejarah Matematika John Joseph O'Connor dan Edmund Frederick Robertson

Dalam bidang Matematika, Abu Nasr memiliki tujuh karya, sedangkan sisanya dalam bidang astronomi. Semua karya yang masih bertahan telah dipublikaskan, telah dialihbahasakan kedalam bahasa Eropa, dan ini memberikan beberapa indikasi betapa sangat pentingnya karya sang ilmuwan Muslim itu.

Secara khusus Abu Nasr mempersembahkan sebanyak 20 karya kepada muridnya al-Biruni. Salah satu adikarya sang saintis Muslim ini adalah komentarnya dalam The Spherics of Menelaus.

Perannya sungguh besar dalam pengembangan trigonometri dari perhitungan Ptolemy dengan penghubung dua titik fungsi trigonometri yang hingga kini masih tetap digunakan. Selain itu, dia juga berjasa dalam mengembangkan dan mengumpulkan tabel yang mampu memberi solusi angka yang mudah untuk masalah khas spherical astronomy (bentuk astronomi).

Abu Nasr juga mengembangkan The Spherics of Menelaus yang merupakan bagian penting, sejak karya asli Menelaus Yunani punah. Karya Menelaus berasal dari dasar solusi angka Ptolemy dalam masalah bentuk astronomi yang tercantum dalam risalah Ptolemy bertajuk Almagest.

"Karyanya di dalam tiga buku: buku pertama mempelajari kandungan/kekayaan bentuk segitiga, buku kedua meneliti kandungan sistem paralel lingkaran dalam sebuah bola/bentuk mereka memotong lingkaran besar, buku ketiga memberikan bukti dalil Menelaus," jelas O'Cornor dan Robertson.

Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur menemukan hukum sinus sebagai berikut:

a/sin A = b/sin B = c/sin C.



"Abu'l-Wafa mungkin menemukan hukum ini pertama dan Abu Nasr Mansur mungkin belajar dari dia. Pastinya keduanya memiliki prioritas kuat untuk menentukan dan akan hampir pasti tidak pernah diketahui dengan kepastian," ungkap O'Cornor dan Robertson.

O'Cornor dan Robertson juga menyebutkan satu nama lain, yang disebut sebagai orang ketiga yang kadang-kadang disebut sebagai penemu hukum yang sama, seorang astronom dan ahli matematika Muslim dari Persia, al-Khujandi (940 M-1000 M).

Namun, kurang beralasan jika al-Khujandi dsebut sebagai penemu hukum sinus, seperti yang ditulis Samso dalam bukunya Biography in Dictionary of Scientific Biography (New York 1970-1990). "Dia adalah seorang ahli astronomi praktis yang paling utama, yang tidak peduli dengan masalah teoritis," katanya.

Risalah Abu Nasr membahas lima fungsi trigonometri yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk astronomi. Artikel menunjukkan perbaikan yang diperoleh Abu Nasr Mansur dalam penggunan pertama sebagai nilai radius. Karya lain Abu Nasr Mansur dalam bidang astronomi meliputi empat karya dalam menyusun dan mengaplikasi astrolab.


Al-Biruni, Saksi Kehebatan Abu Nasr



Sejatinya, dia adalah murid sekaligus kawan bagi Abu Nasr Mansur. Namun, dia lebih terkenal dibandingkan sang guru.
Meski begitu, al-Biruni tak pernah melupakan jasa Abu Nasr dalam mendidiknya. Kolaborasi kedua ilmuwan dari abad ke-11 M itu sangat dihormati dan dikagumi.

Abu Nasr telah 'melahirkan' seorang ilmuwan yang sangat hebat. Sejarawan Sains Barat, George Sarton begitu mengagumi kiprah dan pencapaian al-Biruni dalam beragam disiplin ilmu. "Semua pasti sepakat bahwa Al-Biruni adalah salah seorang ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman," cetus Sarton.

Bukan tanpa alasan bila Sarton dan Sabra mendapuknya sebagai seorang ilmuwan yang agung. Sejatinya, al-Biruni memang seorang saintis yang sangat fenomenal. Sejarah mencatat, al-Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari tentang seluk beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India.

Kerja keras dan keseriusannya dalam mengkaji dan mengeksplorasi beragam aspek tentang India, al-Biruni pun dinobatkan sebagai 'Bapak Indologi' - studi tentang India. Tak cuma itu, ilmuwan dari Khawarizm, Persia itu juga dinobatkan sebagai 'Bapak Geodesi'.

Di era keemasan Islam, al-Biruni ternyata telah meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Selain itu, al-Biruni juga dinobatkan sebagai 'antropolog pertama' di seantero jagad. Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu, al-Biruni juga menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains.

Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup di era kekuasaan Dinasti Samaniyah itu merupakan salah satu pencetus metode saintifik eksperimental. Al-Biruni pun tak hanya menguasai beragam ilmu seperti; fisika, antropologi, psikologi, kimia, astrologi, sejarah, geografi, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran, serta filsafat. Dia juga turun memberikan kontrbusi yang begitu besar bagi setiap ilmu yang dikuasainya itu. hri/ des/she

Memilih Istri/Suami Menurut Islam



Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :
1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)
Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)
Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.
Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara sempurna.
b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan seperti itu.
3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :
Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”
4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas.
Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.
Di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.
Kalau memilih Suami?
1. Islam.
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.
Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)
Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.
Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Wallahu A’lam Bis Shawab.
http://kustoro.wordpress.com

MOU apa itu??

apa sih MOU? pengen tahu?

A memorandum of understanding (MOU) is a document describing a bilateral or multilateral agreement between parties. It expresses a convergence of will between the parties, indicating an intended common line of action. It is often used in cases where parties either do not imply a legal commitment or in situations where the parties cannot create a legally enforceable agreement. It is a more formal alternative to a gentlemen's agreement.
In some serious cases, depending on the exact wording, MOUs can have the binding power of a contract; as a matter of law, contracts do not need to be labeled as such to be legally binding. Whether or not a document constitutes a binding contract depends only on the presence or absence of well-defined legal elements in the text proper of the document (the so-called "four corners"). For example, a binding contract typically must contain mutual consideration—a legally enforceable obligations of the parties, and its formation must take place free of the so-called real defenses to contract formation (fraud, duress, lack of age or mental capacity, etc.http://en.wikipedia.org/wiki/Memorandum_of_understanding